Maka hukumnya wajib.” urai Syekh Siti Jenar, “Namun ketika orang belum lagi menemukan hakikat dari shalat, itulah seperti yang Ki Ageng Pengging rasakan.” “Hampa.” desis Kebo Kenongo, seraya menatap Syekh Siti Jenar dengan penuh kekaguman. “Kebanyakan orang adalah seperti itu,Ki Ageng Pengging.” Syekh Siti Jenar melangkah pelan .Menimbang Kembali Kasus Syekh Siti Jenar (I) Red: M Irwan Ariefyanto. Foto: islamickorner.net. ilustrasi. REPUBLIKA.CO.ID,Pada abad ke-16 seorang wali Sufi harus menghadapi tuduhan sesat oleh Majelis Hakim kerajaan Islam Demak. Gara-gara tuduhan ini Syekh Siti Jenar alias Syekh Lemah Abang, sang wali, harus menjalani hukuman mati dengan tikaman Wajar jika orang Cirebon tidak mengenal nama Syekh Siti Jenar, sebab di Cirebon nama yg populer adalah Syekh Lemah Abang); Syekh Siti Jenar (nama filosofis yg mengambarkan ajarannya tentang sangkan-paran, bahwa manusia secara biologis hanya diciptakan dari sekedar tanah merah dan selebihnya adalah roh Allah; juga nama yg dilekatkan oleh Sunan
Dalam konteksnya, Syeh Siti Jenar menganggap dirinya Tuhan dan sebaliknya. Bagi Walisongo tentu ini adalah hal yang mengerikan untuk diketahui masyarakat dan berpotensi menimbulkan kesesatan massal. Para wali pun tak punya pilihan selain mengeksekusi Syeh Siti Jenar agar ajaran sesatnya tidak menyebar meluas dan merusak akidah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Syekh Siti Jenar masih menjadi tokoh kontroversial di tengah jagad pemikiran Islam Jawa. Hal itu menjadikannya hingga saat
Moralitas Asketik Syekh Siti Jenar: Studi Novel Syekh Siti Jenar Karya Agus Sunyoto. Atavisme, 20 (2), 211-223 (doi: 10.24257/atavisme.v20i2.401.211-223) 19 Achmad Chojim, Syekh Siti Jenar : Makrifat dan Makna Kehidupan (Jakarta : Penerbit Serambi Ilmu Semesta, 2008) cet. III, hlm 235 Katasasahidan memang berasal dari syahadat. Namun, ini bukanlah baiat atau kredo untuk menjadikan seseorang beridentitas muslim.