Dilansirdari shaming merupakan tindakan mengejek atau menghina seseorang tent Body shaming adalah tindakan seseorang dalam memberi penilaian terhadap individu yang lain tentang tubuh, bentuk fisik, warna kulit atau pakaian dalam bentuk kritikan, mengeluarkan pendapat atau membandingkannya dengan yang lain karena tidak ideal atau tidak sesuai dengan pandangan seperti pada umumnya. Selain memberi penilaian kepada orang lain, body shaming juga bentuk mengomentari diri sendiri sebagai bentuk rendah diri atau kurangnya rasa syukur yang dimiliki kamus Oxford, pengertian body shaming adalah tindakan atau praktik mempermalukan seseorang dengan membuat komentar mengejek atau kritis tentang bentuk atau ukuran tubuh mereka. Hasil dari body shaming yang terjadi pada seseorang adalah adanya kemunduran kepercayaan diri, atau penilaian negatif terhadap diri sendiri. Korban body shaming umumnya akan menarik diri dari keramaian untuk menenangkan diri. Selain itu, korban body shaming akan mengalami perubahan sikap yang akan terjadi, misalnya mudah tersinggung, pendiam, malas makan, hingga Shaming merupakan tindakan ataupun perilaku seseorang dalam memberikan komentar atau pendapat terhadap bentuk tubuh orang lain yang berakibat menimbulkan standar tertentu, dimana standar tersebut akan menyebabkan seseorang yang tidak sesuai dengan standar yang sudah terbentuk, yang kemudian akan menimbulkan rasa malu dan tidak percaya diri terhadap bentuk tubuhnya. Beberapa bentuk ungkapan body shaming seperti; kegendutan fat shaming, terlalu kurusskinny shaming, ataupun jelek ugly shaming, terlalu tinggi atau kurus, dan lain shaming adalah sebuah istilah yang dikenal sebagai perlakuan atau tindakan seseorang dalam memberikan komentar buruk terhadap kondisi tubuh atau rupa seseorang baik secara disadari maupun tidak disadari. Body shaming termasuk kekerasan bullying secara verbal yang menyebabkan trauma psikis karena ucapan yang menyakitkan. Body shaming membuat seseorang semakin merasa tidak aman dan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya dan mulai menutup diri baik terhadap lingkungan maupun Body Shaming Berikut definisi dan pengertian body shaming dari beberapa sumber buku dan referensi Menurut Chairani 2018, body shaming adalah tindakan seseorang yang mencela atau suatu bentuk tubuh individu lain dimana bentuk tubuh tersebut tidak ideal dan atau tidak seperti bentuk-bentuk tubuh pada Alawiyah 2019, body shaming adalah penilaian individu terhadap individu yang lainnya tentang tubuh mereka yang mengakibatkan akan timbul penilaian terkait bentuk tubuh yg tidak ideal dan tidak sesuai dengan pandangan orang lain mengenai bentuk tubuh mereka. Menurut Fitriana 2019, body shaming adalah tindakan yang mengomentari atau mengeluarkan pendapat kepada seseorang ataupun diri sendiri mengenai tubuh yang Dolezal 2015, body shaming adalah tindakan mengkritik, mengomentari, atau membandingkan fisik orang lain maupun dirinya sendiri. Menurut Damanik 2018, body shaming adalah perasaan malu akan salah satu bentuk bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan diri ideal yang diharapkan Body Shaming Menurut Chairani 2018, tindakan body shaming ditandai dengan beberapa aspek, antara lain yaitu sebagai berikut Mengomentari diri sendiri serta membandingkannya dengan orang lain yang dianggap ideal. Misalnya seseorang yang melihat dirinya lebih gemuk daripada orang lain. Mengomentari penampilan atau fisik seseorang di depan orang tersebut dan membandingkannya dengan orang lain. Seperti mengatakan bahwa orang tersebut memiliki kulit yang gelap sehingga harus memakai pemutih wajah. Mengomentari penampilan atau fisik orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut. Seperti mengarsipkan penampilan teman yang pakaiannya terlihat kurang bagus atau tidak menurut Gilbert dan Miles 2002, aspek-aspek body shaming adalah sebagai berikut Komponen kognitif sosial atau eksternal. Komponen kognitif sosial mengacu pada pemikiran dari orang lain yang menilai sebagai seseorang yang rendah maupun kurang baik sehingga mengakibatkan memandang dirinya rendah. Komponen mengenai evaluasi diri yang berasal dari dalam. Pada komponen ini mengacu pada pandangan buruk terhadap diri sendiri yang berasal dari pemikiran negatif mengenai diri. Hal ini juga didasari pada kritikan yang menyerang dengan kata-kata yang merendahkan diri sehingga hal tersebut mengakibatkan menurunnya kepercayaan diri dan menanamkan pemikiran malu dari dalam diri. Komponen Emosi. Emosi yang terdapat dalam perasaan malu meliputi perasaan cemas, marah, dan muak terhadap diri sendiri. Hal ini disebabkan dari pemikiran negatif atas dirinya dan ketidakmampuan mengikuti standar yang ada dari lingkungan. Komponen Perilaku. Perasaan malu memiliki kecenderungan untuk menghindar dari lingkungan sekitarnya karena terdapat perasaan tidak nyaman yang timbul dari pandangan rendah dari orang lain serta merasa terancam di Body Shaming Menurut Dolezal 2015, body shaming terdiri dari dua jenis, yaitua. Acute Body Shame Acute body shame diartikan sebagai rasa malu yang akut dikarenakan bentuk tubuh yang dimiliki. Acute body shame lebih menjelaskan terkait aspek dari perilaku tubuh, contohnya adalah tingkah laku ataupun perubahan seseorang. Rasa malu terhadap tubuh ini sering dialami di dalam interaksi sosial yang hal itu dapat menyebabkan seseorang menjadi gagal dalam mempresentasikan dirinya. Acute body shame tergolong sebagai rasa malu yang wajar di dalam masyarakat. Acute body shame berkaitan dengan aspek perilaku dari tubuh, seperti gerakan, gaya berbicara, tingkah laku, dan kenyamanan yang berhubungan dengan presentasi diri. Biasanya hal ini disebut dengan embarrassment atau rasa malu. Acute body shame terjadi pada kasus-kasus dalam interaksi sosial, seperti ketika seseorang sedang berbicara kemudian mengalami kegagapan atau gagal dalam berperilaku yang diharapkan di lingkungan sosial, sering muncul sebagai akibat dari pelanggaran perilaku, penampilan, atau hilangnya kendali sementara atas tubuh dan fungsi tubuh Chronic Body Shame Chronic body shame ini berkaitan dengan tubuh seseorang yang lebih berkelanjutan atau permanen, seperti berat badan, tinggi badan, atau warna kulit. Chronic body shame juga dapat timbul karena beberapa stigma atau kelainan tubuh, seperti bekas luka atau cacat. Di luar penampilan, chronic body shame sering dikaitkan dengan fungsi dan kecemasan tubuh di sekitar bagian tubuh seperti jerawat, penuaan, dan sebagainya. Selain itu, mungkin timbul dalam masalah kontrol tubuh, seperti dalam kasus gagap atau kekakuan kronis. Apa pun yang menyebabkannya, jenis body shaming ini datang secara kronis dan berulang-ulang ke dalam kesadaran seseorang dan membawa rasa sakit yang berulang atau mungkin terus-menerus. Rasa malu dalam hal ini akan menjadi lebih akut mungkin pada saat seseorang menginternalisasi penilaian diri, menyebabkan pengalaman tubuh berkurang sehingga mempengaruhi harga diri dan penilaian Penyebab Terjadinya Body Shaming Menurut Hoel dan Cooper 2006, body shaming dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu sebagai berikuta. Bullying bullying adalah sebuah istilah pengganggu yang artinya tindakan atau perlakuan penindasan oleh seseorang yang sifatnya agresif dan menjadi sebuah ancaman untuk mendominasi orang lain. Peristiwa body shaming sering dijumpai berlangsung bersamaan dengan tindakan bullying. Dikarenakan bullying adalah tindakan menindas kemerdekaan atau hak orang lain, body shaming tidak lain sering digunakan sebagai alat atau suatu perlakuan intimidasi. Ketidaksempurnaan seseorang menjadi fokus utama yang dilihat oleh pengganggu dan menjadikannya kanvas yang sempurna untuk melukis segala caci dan makian, kepuasan seorang pengganggu akan terpenuhi apabila korban tersebut telah jatuh terpuruk dan tidak berdaya yang menjadikannya seorang Peran Media Media adalah sebuah wadah untuk menyalurkan sebuah komunikasi yang dikonstruk sedemikian rupa isinya dengan berbagai hal berupa seni, kreativitas, berita, wacana, audio serta visual dimana tujuannya agar dapat dipahami dan dinikmati oleh audiens. Media merupakan komunikasi yang dibuat dengan memiliki fokus-fokus tujuan tertentu serta pembuatannya dibentuk melalui pengamatan secara sosial dengan batasan kelangsungan yang ada atau sedang terjadi pada masyarakat. Hal apapun yang ingin disampaikan atau ditunjukkan oleh media haruslah memiliki citra yang baik tanpa tercela agar dapat diterima oleh khalayak, sehingga terciptalah standar-standar pada masyarakat yang tanpa disadari terkadang tidak begitu relevan dengan fenomena yang Standar Kecantikan Body shaming sering terjadi karena korban dirasa tidak memenuhi standar kecantikan yang ada pada masyarakat, dimana yang beredar adalah kurus merupakan hal mutlak dimana seseorang dapat dikatakan cantik. Standar kecantikan yang telah terkonstruk di pikiran masyarakat Indonesia adalah kulit cerah berupa putih pucat, hidung mancung, rambut lurus panjang, tubuh ideal yang tinggi, berat badan ideal adalah ramping berlekuk gitar Spanyol dan masih banyak Body Shaming Proses terjadinya body shame bisa terbentuk karena adanya interaksi dan pengaruh dari lingkungan kemudian pengaruh tersebut memberikan dampak pada individu. Setiap individu mempunyai reaksi yang berbeda saat menghadapi perlakuan body shaming, begitu pula dampak yang muncul pun berbeda. Menurut Cahyani 2018, dampak-dampak negatif dari body shaming antara lain yaitu sebagai berikuta. Gangguan Makan dan Kesehatan Body shame merupakan penyebab harga diri yang rendah dan berkaitan dengan pola makan. Seseorang cenderung melakukan perubahan pada tubuhnya dengan melakukan diet untuk menurunkan berat badan ataupun mengonsumsi makanan yang banyak untuk menaikkan berat badan. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat body shame maka cenderung memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perilaku makan. Selain memberikan dampak pada gangguan makan, body shaming memiliki dampak pada kesehatan seseorang, seperti melakukan diet mati-matian, minum obat pelangsing, memakai obat pemutih instan, dan berbagai macam upaya lain yang justru akan berdampak lebih serius pada Depresi Depresi dapat dialami seseorang karena perspektif negatif yang terus menghantui seseorang. Kurangnya kepuasan terhadap bentuk tubuh atau keadaan tubuh merupakan pemicu seseorang mengalami depresi. Depresi tidak hanya dialami oleh perempuan, tetapi laki-laki juga dapat mengalami depresi, tetapi tidak sebanyak Self-Esteem Individu yang mengalami body shaming akan melakukan penilaian diri dengan terus melakukan body checking pada tubuhnya atau penampilannya, selain itu tentunya individu juga akan melakukan penilaian terhadap keberhargaan dirinya. Ketika individu merasa malu dengan kondisi tubuhnya maka individu tersebut akan merasa tidak percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah. Ketika seseorang sering melakukan penilaian terhadap penampilan diri mereka sendiri, kondisi tersebut cenderung akan berdampak pada tingkat self-esteem yang rendah. Individu dengan harga diri rendah akan beranggapan dirinya memiliki keterbatasan, merasa bersalah karena kekurangannya, dan berada dalam kondisi yang tidak PustakaChairani, L. 2018. Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis. Buletin Desi. 2019. Pendekatan Person-Centered Dalam Menangani Body Shaming Pada Wanita. Jurnal 2019. Dampak Body Shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan. Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2015. The Body and Shame Phenomenology, Feminism, and TheSocially Shape Body. London 2018. Dinamika Psikologi Perempuan Mengalami Body Shame. Yogyakarta Universitas Sanata Dharma .Gilbert, P., & Miles, J. 2002. Body Shame Conceptualisation, Research, and Treatment. New York 2018. Efektivitas Cognitive Behavior Therapy untuk Menurunkan Tingkat Body Shame. Malang UIN Malang.

Bodyshaming adalah tindakan yang membuat seseorang menjadi sasaran kritik atau ejekan karena ketidaksempurnaan bentuk tubuh yang seseorang miliki. Bagi beberapa orang, berbicara soal penampilan fisik adalah sesuatu yang sensitif. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa cara kita menampilkan diri memiliki hubungan langsung dengan siapa diri kita.

Body shaming merupakan tindakan mempermalukan seseorang berdasarkan bentuk body shaming dilakukan dengan membuat pernyataan kritis atau mengejek tentang kekurangan tubuh kritis atau ejekan ini ditujukan karena seseorang “terlalu gemuk” atau “terlalu kurus”.Mengomentari secara negatif tentang ukuran atau bentuk tubuh seseorang dapat menyakiti, menyebabkan seseorang merasa harga dirinya rendah, serta menimbulkan gangguan kesehatan dapat dipungkiri bahwa body shaming bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun pelaku body shaming pun tidak memandang usia karena sering kali dilakukan kepada anak usia remaja bahkan orang tua jurnal Translational Behavioral Medicine, body shaming lebih banyak ditunjukkan oleh wanita daripada itu, body shaming lebih sering dilakukan melalui media shaming sering dilontarkan dengan nada bercanda. Meskipun sering kali hanya sedang bercanda, tapi mengejek fisik orang lain bisa merusak mental orang Body ShamingFoto Perempuan Merenung Moms, ini ciri-ciri body shaming yang sering sekali dilakukan tindak Mengkritik Penampilan Diri SendiriBody shaming tidak hanya diungkapkan kepada orang lain. Namun, tindakan body shaming bisa dilakukan terhadap diri ini seperti membandingkan diri sendiri dengan orang Mengkritik Penampilan Orang LainTindakan body shaming ini sering dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Body shaming yang secara tidak sengaja sering dianggap bercandaan oleh tujuannya adalah bercanda atau agar mereka memulai kebiasaan sehat, nyatanya hal ini bisa menimbulkan efek Mengkritik Penampilan Orang Lain Tanpa Sepengetahuan MerekaTindakan ini bisa disebut menyindir dengan membandingkan orang shaming ini bisa memberikan dampak buruk salah satunya membuat seseorang kurang percaya diri di depan peduli bagaimana tindakan body shaming terwujud, sering kali mengarah pada perbandingan dan rasa Moms bahwa body shaming atau menghina fisik seseorang memiliki dampak buruk?Baca Juga 3 Jenis Olahraga yang Bisa Hilangkan DepresiDampak Buruk Body ShamingFoto Ilustrasi Perempuan Frustasi akibat dari tindakan body shaming akan membawa pengaruh negatif kepada korban. Berikut ini dampak buruk dari body Membuat Seseorang Membenci TubuhnyaMenerima hinaan secara fisik dapat membuat orang membenci tubuh sebuah penelitian, mempermalukan fisik akan mengarah pada citra tubuh yang buruk dan harga diri yang akhirnya, orang-orang tidak termotivasi untuk merawat tubuhnya dan merasa tidak percaya diri untuk tampil di depan ini terjadi karena korban merasa malu terhadap bentuk Menyebabkan DepresiPerasaan malu karena tubuhnya bisa menyebabkan depresi dan efek psikologis negatif menunjukkan bahwa diskriminasi dapat meningkatkan depresi dan bahkan memicu pikiran serta perilaku bunuh hanya itu, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang depresi mengalami kenaikan berat badan lebih cepat daripada mereka yang tidak mengalami Juga Anak Ussy Sulistiawaty Dibully di Medsos, Begini 7 Cara Hadapi Cyberbullying Pada Anak3. Meningkatkan Risiko Sindrom MetabolikSindrom metabolik tidak selalu memperlambat metabolisme tetapi dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, lemak perut, dan kadar gula darah menunjukkan bahwa orang yang menerima hinaan terkait berat badan memiliki risiko sindrom metabolik tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak yang mengalami sindrom metabolik rentan terkena penyakit jantung, stroke, dan gangguan pembuluh darah Memicu Makan BerlebihanMengutip One Plus, para peneliti menemukan bahwa wanita yang kelebihan berat badan dan kurang memiliki kontrol atas kebiasaan makan dipicu oleh rasa malau yang body shaming menyebabkan kerusakan emosional, serta memicu asupan kalori lebih banyak sehingga menghasilkan penambahan berat badan Kecemasan SosialGangguan kecemasan sosial, juga disebut fobia sosial. Fobia sosial adalah ketakutan jangka panjang dan luar biasa terhadap situasi korban diintimidasi di depan umum, respons alami adalah menghindari menempatkan diri dalam situasi itu dapat berujung pada mengisolasi diri sendiri dan menghindari interaksi Juga Ternyata Kecemasan Berlebih Bisa Jadi Penyebab Diare! Kenali Penyebab Lainnya dan Cara Mencegahnya6. Merasa KesepianFoto Perempuan Sendirian yang terkena body shaming menjadi merasa tidak mendapatkan dukungan dari dalam dirinya dan siapa merasa dirinya memiliki banyak kekurangan karena bentuk tubuh yang Menjadi TertutupAntisosial atau yang kerap disebut ansos sering kali ditujukan untuk orang yang menutup diri dan tidak mau bergaul dengan orang body shaming akan merasakan hal tersebut karena mulai tidak percaya diri dan kesulitan menerima lingkungan baru karena trauma terhadap kritikan yang Menyakiti Diri SendiriSelf-injury adalah perilaku menyakiti dan melukai diri sendiri yang dilakukan secara ini dapat terjadi pada korban body shaming karena merasa dirinya tidak pantas dan malu terhadap bentuk Juga Jangan Anggap Remeh, Kenali 10 Gejala Depresi yang Dapat DialamiCara Mengatasi Body Shaming yang Dilakukan Orang di SekitarFoto Perempuan Cemas Moms pernah mengalami body shaming secara langsung maupun tidak bahwa Moms tidak sendiri dan masih banyak cara untuk untuk mengikuti tips-tips di bawah ini1. Mengganti TopikJika Moms sedang berkumpul atau berbicara dengan seseorang dan mereka melakukan body awal yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan mengganti topik bisa mengalihkan pembicara sehingga mereka akan berhenti mengkritik. Jika mereka tidak berhenti, Moms bisa meninggalkan perkumpulan Setiap Orang UnikPercayalah setiap orang memiliki ciri khas masing-masing, entah kepribadian atau bentuk harus menunjukkan bahwa keunikan yang ada pada diri merupakan kelebihan yang tidak ada pada diri orang Menjadi Diri SendiriJangan mengubah penampilan Moms karena apa yang dikatakan atau dipikirkan orang diri sendiri dan tidak menyalahkan bentuk tubuh yang Moms Moms dipermalukan karena berat badan, pertimbangkan cara sehat untuk mengelola kesehatan fisik dan jangan terlalu memaksakan untuk mengurangi maupun menaikkan berat Juga Sedang Sedih? Dengarkan Saja 10 Lagu Paling Bahagia Di Dunia4. Pergi ke ProfesionalMoms konsultasilah dengan psikolog jika merasa tidak bisa lagi menanggungnya bisa mendapatkan dukungan emosional dan mendapatkan bimbingan sehingga jauh lebih body shaming memberikan dampak buruk yang berbahaya. Mulai sekarang belajar lebih berhati-hati untuk berbicara ya terutama menyangkut fisik pernah berpikir ketika kita mengomentari tubuh seseorang itu adalah cara untuk kita tak pernah tahu bahwa hal itu mungkin saja akan menjadi beban bagi yang menerimanya. Dampakakibat dari tindakan body shaming akan membawa pengaruh negatif kepada korban. Korban bisa depresi hingga memiliki kecenderungan untuk bunuh diri
Uploaded byKisi Anandita 0% found this document useful 0 votes117 views3 pagesOriginal Titlepidato body shamingCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes117 views3 pagesPidato Body ShamingOriginal Titlepidato body shamingUploaded byKisi Anandita Full descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Laluapa itu body shaming? Body shaming adalah termasuk tindakan bullying untukmengomentari fisik, penampilan, bahkan citra diri seseorang.Tindakan ini sangat sering dijumpai dalam cakupan pertemanan, namun body shaming ini jarang sekali kita sadari karena kita hanya menganggap ini hanyalah sebagai candaan belaka. Body shaming tidak hanya untuk orang kurus ataupun gendut, semua orang pasti memiliki kekurangan.
Setiap manusia terlahir dengan keunikan pada tubuhnya yang menjadikannya berbeda satu sama lain. Beberapa orang terlahir dengan tubuh kurus, tinggi, pendek, dan sebagainya. Bentuk tubuh yang beragam merupakan karunia Tuhan yang patut disyukuri. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa beberapa bentuk tubuh menjadi standar ideal sehingga terjadi body shaming atau mencela fisik. Body shaming adalah tindakan atau praktik mencela dan mempermalukan seseorang dengan membuat ejekan atau komentar negatif tentang bentuk atau ukuran tubuh seseorang. Contoh body shaming adalah penyebutan gendut, pesek, cungkring, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penampilan fisik. Berdasarkan survei ZAP dalam ZAP Beauty Index 2020, sebanyak 62,2 % wanita Indonesia mengaku pernah menjadi korban body shaming selama hidupnya. Responden survei berjumlah wanita dengan rentang usia 13 sampai 65 tahun. Sebanyak 47 % wanita melaporkan mengalami body shaming karena tubuh yang dianggap terlalu berisi. Sedangkan 36,4 % wanita mengalami body shaming karena kulit berjerawat dan 28,1 % karena bentuk wajah yang tembam. Jenis-Jenis Body Shaming Body shaming sering dikaitkan dengan ukuran tubuh. Tetapi, komentar negatif tentang setiap aspek pada tubuh seseorang dianggap sebagai body shaming. Terdapat beberapa jenis body shaming sebagaimana dikutip dari Jenis-jenis body shaming meliputi 1. Berat badan Alasan utama seseorang mengalami body shaming adalah karena berat badan mereka. Seseorang mungkin merasa malu karena bentuk tubuh mereka terlalu besar atau kurus. Perilaku mengejek orang karena mereka terlalu besar atau gendut dinamakan fat-shaming. Berdasarkan penelitian dalam Canadian Medical Association Journal, orang yang mengalami fat-shaming dapat memicu perubahan fisiologis dan perilaku yang terkait dengan kesehatan metabolisme yang buruk dan peningkatan berat badan. Korban fat-shaming mengalami stres yang membuat hormon kortisol naik sehingga kontrol tubuh menurun dan risiko makan berlebihan naik. Fat-shaming juga berpotensi menyebabkan depresi, kecemasan, harga diri rendah, gangguan makan, dan penghindaran olahraga. Orang dengan badan kurus juga dapat mengalami body shaming yang dinamakan skinny shaming. Contoh komentar negatif yang mengandung skinny shaming adalah “Dia cungkring kayak papan” atau “Kurus banget. Nggak pernah dikasih makan ya?” 2. Rambut tubuh Mengomentari rambut tubuh seseorang secara negatif merupakan bentuk body shaming. Rambut tumbuh di lengan, kaki, area pribadi, dan ketiak semua orang, kecuali mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Standar kecantikan pada wanita membuat stigma bahwa wanita seharusnya tidak memiliki rambut di tangan dan kaki karena terlihat seperti pria. Padahal, memiliki rambut pada tubuh merupakan hal normal yang tidak sepantasnya diejek. Wanita yang memiliki rambut berlebih pada tangan, kaki, dan wajah sering mengalami body shaming karena dianggap tidak normal. Hal ini sebenarnya berawal dari kebiasaan pada zaman dahulu. Berdasarkan buku Encyclopedia of Body Adornment, pada zaman Mesir kuno, tubuh yang benar-benar mulus dan tidak berbulu dianggap sebagai standar kecantikan bagi wanita. Orang-orang Yunani dan Romawi menganggap kulit yang bebas rambut melambangkan tubuh yang awet muda. Kebiasaan ini tumbuh dan berkembang di masyarakat sehingga menimbulkan stigma terhadap wanita yang memiliki rambut berlebih pada tubuhnya. Hal ini juga membuat bisnis waxing atau perontokan rambut diminati wanita. Contohnya, selebriti Wulan Guritno membuka usaha waralaba Poetre Wax & Spa yang bergerak di bidang kecantikan, termasuk jasa menghilangkan rambut tubuh. Felicia Regina, pemilik Mirael Sugar Wax juga meraup keuntungan dari bisnis waxing. Tidak ada yang salah dengan rambut pada tubuh. Mengutip rambut tubuh memungkinkan manusia untuk mendeteksi parasit dengan lebih mudah. Rambut tubuh juga berfungsi dalam pengaturan suhu tubuh dan memfasilitasi penguapan keringat. Menghilangkan rambut tubuh merupakan pilihan pribadi setiap orang. Namun, jangan mengejek atau mengomentari orang yang memiliki rambut pada badan mereka, karena komentar tersebut dapat membuat rasa percaya diri turun dan mempengaruhi kesehatan mental. 3. Model rambut Body shaming juga dapat dilakukan dengan mengejek model rambut seseorang. Komentar seperti “Model rambutmu aneh banget. Udah kuno, nggak cocok sama zaman sekarang.” atau “Potong rambut, deh. Risih lihat kamu gondrong, nggak rapi.” merupakan contoh body shaming perihal model rambut. Model rambut merupakan pilihan pribadi yang tidak seharusnya dicela. Tekstur rambut setiap orang juga berbeda, sehingga tak sepatutnya body shaming dilakukan. Orang Indonesia Timur mungkin memiliki rambut yang ikal karena genetik. Hal tersebut termasuk normal dan bukan objek candaan atau komentar negatif. 4. Warna kulit Indonesia terdiri dari banyak ras dengan warna kulit berbeda-beda. Namun, standar kecantikan yang berkembang di masyarakat membuat warna kulit tertentu dianggap lebih baik dari yang lain. Orang yang berkulit cerah dianggap sebagai standar yang ideal. Sedangkan mereka yang berkulit gelap sering mengalami body shaming dengan komentar seperti “Dekil banget, sih. Coba perawatan deh biar lebih kinclong.” atau “Gosong banget itu kulit. Kebanyakan main di luar ya?” dan sebagainya. Perilaku mengolok-olok warna kulit orang lain merupakan perbuatan tercela. Warna kulit merupakan anugerah Tuhan. Tidak ada warna kulit yang lebih baik atau buruk. Stigma masyarakat terhadap orang berkulit gelap perlu dihilangkan karena berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri seseorang. Kemunculan body shaming perihal warna kulit berakar dari kebiasaan pada zaman dahulu. Mengutip artikel Deborah Rodrigo-Caldeira dalam Social Science Research Network, kulit cerah di Asia Tenggara dianggap sebagai penanda status sosial dari keturunan bangsawan. Secara historis, orang dengan kulit lebih gelap biasanya diasosiasikan dengan tenaga kerja di pertanian karena sering beraktivitas di bawah terik matahari dan berasal dari daerah miskin. Dampak kolonialisme oleh negara Eropa yang mayoritas memiliki kulit putih juga menimbulkan pandangan bahwa kulit putih berarti lebih baik. Pandangan tersebut terus berkembang hingga saat ini. Terlihat banyak produk kecantikan yang ditargetkan untuk memutihkan kulit dengan berbagai klaim. Ini yang membuat banyak orang merasa tidak percaya diri terhadap warna kulit alami mereka. 5. Wajah Bentuk wajah ideal sering dikaitkan dengan kulit putih dan mulus, hidung mancung, mata belok, dan tulang pipi tinggi. Perilaku body shaming pada wajah dapat terlihat dari perkataan “pesek”, “jerawatan”, “kusam”, “dekil”, dan sebagainya. Standar wajah yang demikian berasal dari zaman kolonialisme di mana para penjajah Kaukasia memiliki wajah yang jauh berbeda dan dianggap lebih baik. Padahal, fitur wajah dipengaruhi oleh iklim dan genetik sehingga tidak bisa disamakan. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Public Library of Science PLOS Genetics memaparkan bahwa orang Kaukasia memiliki hidung mancung supaya bisa beradaptasi terhadap udara yang sangat dingin dan kering. Keturunan Afrika Barat, Asia Selatan, dan Asia Timur memiliki hidung yang lebih besar daripada keturunan Eropa untuk beradaptasi dengan lingkungan yang lebih panas dan lembab. Dengan demikian, tidak ada bentuk hidung yang lebih baik atau buruk. Semua hanyalah standar kecantikan yang sepele dan tidak masuk akal. Kulit wajah juga sering menjadi objek body shaming. Memiliki kulit yang sehat dan bersih dari permasalahan merupakan hal yang baik dan patut disyukuri. Tetapi, mereka yang sedang berjuang untuk mengatasi masalah kulit bukan objek candaan dan komentar negatif. Harga diri seseorang tidak ditentukan oleh kulit wajah mereka. Perilaku body shaming wajah menyebabkan banyak hal negatif dan seharusnya dihentikan. Dampak Body Shaming Body shaming termasuk perbuatan yang buruk dan berdampak negatif bagi korbannya. Korban dapat merasa bahwa bentuk tubuh mereka tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat sehingga berpengaruh pada kesehatan mental. Mengutip penelitian menemukan bahwa orang yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, merasakan tekanan psikologis dan menunjukkan risiko perilaku makan yang tidak sehat dan gangguan makan. Body shaming dapat menyebabkan masalah kesehatan mental termasuk gangguan makan, depresi, kecemasan, harga diri rendah, dan dismorfia tubuh, serta perasaan membenci tubuh secara umum. Oleh sebab itu, body shaming harus dihentikan. Tubuh manusia diciptakan berbeda-beda. Kecantikan seharusnya tidak dipandang dari bentuk fisik, melainkan dari kepribadian seseorang. Mengutip Hamka, “Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.”
Menghina orang lain gendut, tidak akan membuatmu jadi kurus. Sama halnya dengan mengejek orang lain bodoh, tidak akan membuatmu lebih pintar."-Mean Girls-Al
Sudah bukan rahasia umum lagi jika seseorang begitu memperhatikan bentuk tubuhnya hingga melahirkan suatu body-image yang positif atau malah negatif. Menurut kamus psikologi Chaplin, 2005 citra tubuh atau biasa disebut body image dalah ide seseorang mengenai penampilannya di hadapan orang bagi orang lain. Body image ini tentu sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri masing-masing orang. Sedangkan, body shaming adalah bentuk dari tindakan mengomentari fisik, penampilan, atau citra diri seseorang. Lantas, apa jadinya jika sebagian dari kita masih melakukan body shaming? Bahkan, body shaming ini jarang kita sadari. Ironisnya, beberapa dari kita menganggap bahwa body shaming hanyalah sebuah candaan Belum dewasa kalau masih body shaming Kamu gemukan ya sekarang. Chubby banget tuh pipi. Makanya diet. Kamu kurus banget. Kamu kalau agak gemukan dikit pasti cakep. Pendek banget sih jadi cewek. Kata-kata diatas mungkin mempunyai maksud untuk bercanda atau memuji. Padahal, tidak semua orang dapat menerima perkataan seperti apa yang kita harapkan. Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik bagi orang lain. Begitupun dengan body shaming, mungkin mereka yang menerima body shaming bisa saja sakit hati atau tidak makan berhari-hari karena kata yang kita anggap hanya candaan saja. Bahkan, seseorang kerap kali dicap mudah baper bawa perasaan dan sensitif jika tersinggung oleh body shaming. Padahal, si body shamers sebutan untuk orang yang melakukan body shaming belum tentu tahu jika orang yang mereka komentari sudah sadar akan perubahan bentuk tubuhnya atau malah sedang berupaya keras demi perubahan tubuhnya. Itulah sebabnya, body shaming menandakan seseorang belum Efek dari body shaming bisa berakibat fatalBody shaming tentu memberikan efek tekanan tersendiri bagi orang yang mengalaminya. Body shaming juga merupakan bentuk dari bullying yang jarang diketahui manusia saat ini. Contoh kecilnya; seseorang bisa saja melakukan diet ketat dengan minum air saja tanpa disertai makanan yang mengandung karbohidrat dan protein cukup hanya demi turunnya berat badan dalam kurun waktu yang singkat dengan tujuan terlihat cantik sesuai standar lingkungan dari body shaming lainnya juga beragam, mulai dari jatuhnya harga diri, depresi, bahkan gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia nervosa. Perlu diketahui, setiap orang mempunyai bentuk tubuh ideal yang berbeda walaupun sudah mencapai berat badan ideal sekalipun. Apa yang kita perlukan hanyalah menjaga kesehatan tanpa dipengaruhi oleh body image yang negatif. Tak jarang bukan, jika kita menemukan seseorang yang menyimpulkan bahwa dirinya sangat gemuk padahal kenyataannnya tidak gemuk? Inilah salah satu efek dari body shaming yang sudah mempengaruhi kepercayaan diri Bentuk tubuh bukanlah parameter seseorang dapat dikatakan cantikPada dasarnya, semua wanita itu terlahir cantik. Setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi lebih baik lagi. Meskipun cantik itu relatif, namun bentuk tubuh bukanlah parameter dari cantik. Perempuan bukan seperti barang yang dapat dibedakan berdasarkan jenis, bentuk, dan penampilannya. Semua orang pasti punya daya tariknya sendiri. Entah bakat, skill, atau bahkan cara berbicara. Oleh sebab itu, bentuk tubuh bukanlah suatu tekanan untuk tampil cantik. Apa yang kita perlukan yaitu menjaga kesehatan tanpa dipengaruhi pandangan terhadap diri sendiri yang diet sebenarnya sah sah saja, namun tentunya bukan diet berisiko dan harus dibawah pengawasan dokter Spesialis Gizi Klinik atau pengawasan ahli gizi. Tapi yang paling penting, diet harus dilakukan semata-mata untuk menjaga kesehatan tubuh, bukan untuk mengubah diri menjadi cantik. Bahkan, sekarang sudah banyak artis atau fashion blogger yang percaya diri dengan bentuk tubuhnya seperti gambar diatas, lho. Mereka tampak cantik, bukan?4. Dengan tidak melakukan body shaming, kamu sudah menyelamatkan orang lain dan dirimu sendiriBody shaming tentu memiliki efek yang sangat besar bagi mental manusia. Ancaman stress sampai gangguan makan kian menghantui setiap orang jika pengaruh body shaming sudah mewabah ke dalam diri seseorang. Tercatat sudah banyak orang yang melakukan tindakan bunuh diri karena depresi akibat tindakan bullying yang salah satunya adalah body shaming. Oleh sebab itu, dengan tidak melakukan body shaming terhadap diri sendiri dan orang lain, kita dapat menjauhi diri dari stress, depresi atau bahkan gangguan makan. Sehingga diharapkan kejadian buruk yang sebelumnya tidak akan terjadi itu pilihan, hanya kita yang dapat menentukan ingin mengambil kebahagiaan itu atau tidak. Tapi, segera bawa ke tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater jika menemukan kerabat atau saudaramu yang terkena gangguan makanan seperti bulimia atau anoreksia nervosa, ya. Gangguan makan seperti ini perlu dianalisis dan diintervensi lebih lanjut oleh psikolog atau Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, jadi untuk apa melakukan body shaming?Tanpa sadar, kita bisa saja menjadi pelaku body shamers, loh. Body shaming bisa dilakukan baik saat bercanda, menghibur, atau bahkan saat memuji. Lantas, kiat-kiat seperti apa saja yang dapat dilakukan untuk menghindari body shaming?Sebenarnya dengan menerima diri sendiri dan bersyukur, kita bisa terhindar dari body shaming. Dengan adanya rasa menerima diri sendiri, kita tidak akan terdorong untuk membicarakan penampilan seseorang. Dengan menerima diri sendiri bahwa tidak ada manusia yang sempurna, seseorang cenderung akan berhati-hati saat berbicara dengan orang lain serta menghargai keadaan mereka. Dengan adanya rasa syukur, kita tentu memiliki body image yang positif. Percayalah, seseorang yang bahagia dan bersyukur juga akan mendapatkan salah satu aspek cantik yang sesungguhnya yaitu inner beauty cantik dalam. Jadi, yuk, mulai bersyukur dan stop body shaming! “ “Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.” ” nama : erina hakimah— kelas : 9 e — nomor absen : 07[ #UPRAKSMPAF2021_BIN ] Adolescence is a period where there is a change or transition from children to adults that begins at the age of 12 years and will end in the early 20s. Physical condition can be one of the differentiator in teenagers. Physical conditions can make a teenager feel afraid in social relationships. The term body shaming is intended to mock those who have a physical appearance that is considered quite different from society in shaming is one type of bullying where the individual is seen as a negative side of his physical appearance by others. Body shaming can affect adolescent self-concept. Self-concept is the way an individual sees himself as a whole. In adolescence, self-concept is an important category to reveal about his identity. The purpose of the study was to find out the description of body shaming and self-concept in students at SMK Negeri 1 Kuok in 2021. The type of research was quantitative research with descriptive analysis design. The study was conducted on July 8, 2021 with a sample of 158 students at SMK Negeri 1 Kuok using a stratified random sampling technique. Data collection using an online questionnaire. Analysis of the data used is univariate analysis. The results of univariate analysis showed that 85 respondents experienced high body shaming and 89 respondents had low self-concept. Respondents are expected to be able to further improve their self-concept by starting to love themselves to stay happy, and for respondents who experience body shaming further increase their potential. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1170 GAMBARAN KEJADIAN BODY SHAMING DAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DI SMKN 1 KUOK Alini 1, Langen Nidhana Meisyalla2 Program Studi Sarjana Keperawatan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai1,2 alini_09 ,alephswrok ABSTRACT Adolescence is a period where there is a change or transition from children to adults that begins at the age of 12 years and will end in the early 20s. Physical condition can be one of the differentiator in teenagers. Physical conditions can make a teenager feel afraid in social relationships. The term body shaming is intended to mock those who have a physical appearance that is considered quite different from society in shaming is one type of bullying where the individual is seen as a negative side of his physical appearance by others. Body shaming can affect adolescent self-concept. Self-concept is the way an individual sees himself as a whole. In adolescence, self-concept is an important category to reveal about his identity. The purpose of the study was to find out the description of body shaming and self-concept in students at SMK Negeri 1 Kuok in 2021. The type of research was quantitative research with descriptive analysis design. The study was conducted on July 8, 2021 with a sample of 158 students at SMK Negeri 1 Kuok using a stratified random sampling technique. Data collection using an online questionnaire. Analysis of the data used is univariate analysis. The results of univariate analysis showed that 85 respondents experienced high body shaming and 89 respondents had low self-concept. Respondents are expected to be able to further improve their self-concept by starting to love themselves to stay happy, and for respondents who experience body shaming further increase their potential. Keywords Body Shaming, Self Concept, Teen ABSTRAK Masa remaja merupakan masa dimana terdapat perubahan atau transisi dari anak-anak ke dewasa yang diawali pada usia 12 tahun dan akan berakhir pada awal 20-an tahun. Kondisi fisik bisa menjadi salah satu pembeda pada diri remaja. Kondisi fisik dapat membuat seorang remaja merasa takut dalam hubungan sosialnya. Istilah body shaming ditujukan untuk mengejek mereka yang memiliki penampilan fisik yang dinilai cukup berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Body shaming termasuk salah satu jenis perundungan dimana individu lebih dilihat sisi negatif dari penampilan fisiknya oleh orang lain. Body shaming ini bisa mempengaruhi konsep diri remaja. Konsep diri merupakan cara seorang individu memandang dirinya secara utuh. Pada masa remaja konsep diri termasuk kategori penting untuk mengungkapkan tentang jati dirinya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran body shaming dan konsep diri pada siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok tahun 2021. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain analisis deskriptif. Penelitian dilakukan pada tanggal 08 Juli 2021 dengan jumlah sampel 158 orang siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner online. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat. Hasil analisa univariat diperoleh 85 responden 53,8% mengalami body shaming tinggi dan 89 responden 56,6% memiliki konsep diri rendah. Diharapkan responden untuk dapat lebih meningkatkan konsep dirinya dengan mulai mencintai dirinya agar tetap bahagia, dan bagi responden yang mengalami body shaming lebih meningkatkan potensi yang dimiliki. Kata Kunci Body Shaming, Konsep Diri, Remaja PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa dimana terdapat perubahan atau transisi dari anak-anak ke dewasa yang diawali pada usia 12 tahun dan akan berakhir pada awal 20-an tahun Papalia dan Olds, dalam Budiargo, 2015. Menurut Rani, dkk 2017, pada masa ini remaja memiliki tugas untuk mencari Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1171 identitas dirinya dari krisis identitas. Remaja pastinya memiliki penilaian tentang apa yang membedakannya dengan orang lain. Kondisi fisik bisa menjadi salah satu pembeda pada diri remaja. Kondisi fisik dapat membuat seorang remaja merasa takut dalam hubungan sosialnya Damarhadi dkk, 2020. Kelompok remaja kebanyakan mengucilkan remaja lainnya karena ada hal-hal yang berbeda seperti warna kulit, latar belakang, aspek berpakaian, gesture, dan selera Apriliyanti dkk, 2016. Lestary dan Liyanovitasari 2020, menyebutkan bahwa banyak perubahan yang terjadi pada masa remaja. Perubahan yang terjadi pada remaja baik secara fisik, psikis, maupun sosial akan mempengaruhi remaja dengan pembentukan konsep dirinya. Selain itu, lingkungan juga menjadi salah satu pengaruh terbesar dalam pembentukan konsep diri karena pada masa ini individu lebih mudah terpengaruh. Masalah remaja dengan lingkungan menunjukkan bahwa banyak remaja yang tidak paham dengan konsep dirinya Widiarti, 2017. Konsep diri merupakan segala ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan pendirian individu yang disadari dan juga mempengaruhi individu saat berhubungan dengan orang lain Yusuf dkk, 2015. Individu mengenal dirinya melalui orang lain, seperti apa orang lain menilainya, nantinya bisa membentuk konsep diri individu. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang melihat dan menilai dirinya sendiri Rahmat, 2012. Konsep diri didapatkan melalui pengalaman pribadi, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan lingkungan Yusuf dkk, 2015. Selain itu ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi konsep diri seseorang, seperti pola asuh orang tua, pengaruh teman sebaya, penampilan fisik, dan harga diri. Teman sebaya menjadi faktor paling berpengaruh terhadap konsep diri Saraswatia dkk, 2015. Menurut Sarwono 2016, teman sebaya bisa menjadi penyebab konsep diri negatif pada remaja. Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dengan dua cara. Pertama konsep diri remaja adalah cerminan dari penilaian teman-teman tentang individunya. Kedua, individu tertekan untuk menyesuaikan ideal diri yang di akui kelompok Sarwono, 2016. Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung akan lebih ceria dan optimis dan menjadikan setiap kejadian sebagai pembelajarannya untuk menjadi lebih baik lagi Aditya & Rusmawati, 2018. Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang konsep diri pada remaja yang pernah merasakan bullying verbal didapatkan bahwa jumlah remaja yang memiliki konsep diri positif dan negatif hampir seimbang, yaitu yang memiliki konsep diri positif sebanyak 51,1 % dan yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 48,9% Lestari & Liyanovitasari, 2020. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fauzia dan Rahmiaji pada tahun 2019 yaitu konsep diri remaja cenderung seimbang antara konsep diri negatif dan konsep diri positif. Namun hasil penelitian Serni, dkk pada tahun 2020 didapatkan bahwa remaja yang mengalami body shaming cenderung memiliki konsep diri negatif. Adanya kesenjangan dalam pembentukan konsep diri menyebabkan tindakan perundungan terus terjadi yaitu ketika ada seseorang yang memiliki kekuasaan dan seseorang yang terlihat lemah. Herdyanti & Margaretha, 2016. Kesenjangan menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri individu yaitu ketika gambaran tentang diri yang dicita-citakannya tidak sesuai dengan kenyataan dirinya Kiling, 2015. Perasaan tidak diterima oleh orang lain akan membuat konsep diri individu rendah, emosi yang tidak stabil, tidak responsif, dan memiliki pandangan yang buruk dari dunia, sebaliknya ketika individu merasa diterima oleh orang lain maka akan memunculkan perasaan bahagia, konsep diri yang lebih tinggi, stabilitas emosional dan responsiveness, dan pandangan baik dari dunia Nurliana, 2015. Semakin kuat konsep diri individu maka individu akan tetap bahagia dalam melewati segala hal dalam Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1172 hidupnya walaupun ia mengalami body shaming Pratama & Rahmasari, 2020. Istilah body shaming ditujukan untuk mengejek mereka yang memiliki penampilan fisik yang dinilai cukup berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Contoh body shaming adalah penyebutan dengan gendut, pesek, cungkring, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tampilan fisik Widagdo dalam Fauzia dan Rahmiaji, 2019. Pada tahun 2015 di Indonesia ada sebanyak 206 jumlah kasus body shaming dan semakin meningkat menjadi sebanyak 966 kasus pada tahun 2018. Pada tahun 2018 polisi bisa menyelesaikan 374 kasus body shaming dari 966 kasus yang ada, sisanya hingga saat ini kasus tersebut belum dapat terselesaikan. KPAI mencatat berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tahun 2019 sebanyak 68% kasus body shaming dilakukan oleh siswa SMK di Indonesia Pratama & Rahmasari, 2020. Berdasarkan hasil survey ZAP Clinic pada tahun 2020 didapatkan bahwa sekitar 62,2% responden mengatakan pernah menjadi korban body shaming. Responden yang berusia 13-22 tahun menjadi korban body shaming terbanyak dengan persentase yaitu 67,8%. Hasil survey yang dilakukan Putri, dkk 2018 ditemukan sebanyak 96% siswa SMA pernah menjadi korban ataupun pelaku body shaming. Sedangkan hasil survey Body Peace Resolution yang dilakukan oleh Yahoo! Health tahun 2016 menunjukkan bahwa sekitar 94% remaja perempuan mendapat perlakuan body shaming, sedangkan remaja laki-laki hanya sekitar 64%. Bentuk body shaming yang paling sering didapatkan oleh korban diantaranya yaitu fat shaming, skinny/thin shaming, rambut tubuh dan, warna kulit Wijaya dkk, 2021. Walaupun orang yang melakukan body shaming mengatakan hanya sebagai candaan saja atau kadang berniat baik agar orang tersebut menjadi lebih baik, tetapi tetap saja body shaming merupakan bentuk perundungan dan bisa mengganggu kejiwaan seseorang, seperti individu yang menyalahkan diri sendiri, benci terhadap tubuhnya, menarik diri dari lingkungan sosial, stress, depresi bahkan menyebabkan kematian Mutmainnah, 2020. Sejalan dengan hasil penelitian Fauzia dan Rahmiaji pada tahun 2019 yang mengemukakan bahwa body shaming menimbulkan body shame yaitu pikiran dan perasan negatif malu, minder, dan tidak puas tentang fisik, penampilan, citra diri individu karena tidak mampu mencapai standar ideal yang ada. Hal ini akan membuat kepercayaan diri remaja menurun, lebih sensitif serta lebih berhati-hati dalam segala hal, sensitif tentang tubuh dan makanan, menolak ajakan keluar rumah, hingga remaja yang menutup dan membatasi diri Masithoh, 2020. Pada tahun 2017, seorang siswi SMA di Kabupaten Kampar melakukan bunuh diri. Perundungan yang dilakukan teman-temannya membuat ia mengalami tekanan mental. Salah satu perundungan yang dia dapatkan yaitu perundungan fisik body shaming. Teman-temannya menyebut dirinya jelek Jose, 2017 Selain itu, body shaming juga bisa mengakibatkan individu yang mengalaminya melakukan body shaming juga pada dirinya sendiri dan orang lain Putri dkk, 2018. Pendapat ini sejalan dengan penelitian dari Fauzia dan Rahmiaji 2019 yang menyatakan bahwa beberapa orang yang mengalami body shaming juga melakukan hal yang sama pada orang lain sebagai bentuk pembelaan dirinya. Selain itu juga timbul sikap perlawanan yang memunculkan konsep body positivity atau respon positif terhadap tubuhnya, namun tidak menutup kemungkinan individu kembali merasa takut dan malu pada tubuhnya kemudian melakukan perubahan sebagai upaya pencegahan terjadinya body shaming. Perubahan yang dilakukan ini sebagai upaya untuk mencapai ideal diri bisa seperti remaja yang melakukan diet, olahraga dan sebagainya. Pada tahun 2020, seorang siswi SMK di Kabupaten Kampar bertengkar dengan siswi lainnya karena body shaming. Siswi tersebut melakukan perlawanan kepada temannya karena tidak terima diejek oleh temannya. Ia Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1173 membalas dengan body shaming juga kepada temannya dan berujung adu fisik. Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan pada tanggal 26 Februari 2021 secara acak kepada sepuluh orang pelajar di SMK N 1 Kuok tentang body shaming yang penulis angkat pada penelitian ini, ditemukan bahwa semua pelajar tersebut pernah menjadi korban dan juga pelaku body shaming. Ini menunjukkan bahwa siapapun tanpa disadari ataupun disadari pernah melakukan dan juga mendapat tindakan body shaming. Lima dari sepuluh orang pelajar pernah mendapatkan perlakuan fat/skinny shaming, tiga orang pelajar diantaranya sering di ejek jelek oleh teman-temannya dan dua orang pelajar lainnya mengaku mendapatkan body shaming karena jerawat mereka. Ketika ditanyakan lebih lanjut, beberapa mengatakan jika ia menjadi malu dengan kondisi tubuhnya. Selain itu, ditemukan juga bahwa tujuh dari sepuluh pelajar tidak mengalami trauma dan juga tidak melakukan perlawanan setelah mendapatkan perlakuan body shaming. Namun, tiga diantara sepuluh pelajar tersebut melakukan perlawanan dengan memarahi atau menegur dan membalas melakukan body shaming juga. Sembilan dari sepuluh pelajar mengatakan jika body shaming merupakan hal yang lumrah. Mereka menganggap tindakan body shaming bukanlah tindakan yang serius, melainkan hanya candaan belaka. Padahal body shaming ini sudah termasuk kedalam jenis tindakan bullying secara verbal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kejadian body shaming dan konsep diri pada remaja di SMK Negeri 1 Kuok. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan skala sebagai alat ukur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena kesehatan yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Kuok pada tanggal 08 Juli 2021. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-XI di SMK Negeri 1 Kuok yang berjumlah 262 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik stratified random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen A, merupakan instrument untuk mendapatkan data demografi, Data yang dimaksud adalah inisial siswa dan siswi, usia, jenis kelamin dan kelas. Instrumen B, merupakan instrument yang dipakai untuk mengukur kejadian body shaming, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen body shaming yang dikembangkan oleh Sari 2020 yang terdiri dari 26 item pernyataan favorable dan unfavorable. Instrumen C, merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur konsep diri pada remaja menggunakan Tennesee Self Concept Scale Second Edition Short Form TSCS 2nd yang dikembangkan oleh Fitts & Warren pada tahun 1996 dalam bentuk short form dan telah digunakan oleh Mochtan pada tahun 2019 yang terdiri dari 17 item pernyataan favorable dan unfavorable. HASIL Karateristik Responden Karakteristik data responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, dan usia. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Pada Siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok Tahun 2021 Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1174 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 89 orang 56,3% dan sebagian responden berusia 17 tahun yaitu sebanyak 78 orang 49,4%. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel body shaming dan konsep diri. Adapun hasil analisis univariat disajikan dalam tabel berikut ini Tabel 2 Distribusi Frekuensi Body Shaming Pada Siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok Tahun 2021 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden mengalami body shaming yang tinggi yaitu sebanyak 85 orang 53,8%. Tabel 3Distribusi Frekuensi Konsep Diri Pada Siswa/i di SMK Negeri 1 Kuok Tahun 2021 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden memiliki konsep diri yang rendah yaitu sebanyak 89 orang 56,6%. PEMBAHASAN Usia Pada penelitian ini, responden yang dicakup berada dalam rentang usia 15-20 tahun, dengan usia terbanyak adalah 17 tahun sekitar 78 orang 49,4% dan body shaming tertinggi dialami oleh remaja pada usia 17 tahun yaitu sebanyak 41 orang 52,6%. Pada rentang usia tersebut, responden tergolong kelompok usia remaja yang sedang mengalami masa peralihan dimana responden tidak bisa dikatakan sebagai anak kecil, namu pertumbuhan fisik dan mentalnya pun belum bisa dianggap dewasa. Wijayanto & Hidayati 2021 menyebutkan bahwa pada masa ini remaja mengalami storm dan stress, dimana kerap terjadi pergolakan emosi yang labil dengan diiringi pertumbuhan fisik yang pesat serta perkembangan psikis yang sangat rentan terpengaruh oleh lingkungan. Menurut asumsi peneliti, usia remaja merupakan usia dimana individu mulai berpikir tentang siapa dirinya dan bagaimana orang lain menggambarkan dirinya. Pada masa ini remaja juga mulai memikirkan bentuk tubuhnya dan bagaimana cara mengatasi perubahan yang ada pada tubuhnya dengan melihat bentuk tubuhn orang lain, artis ataupun teman-temannya. Dari sinilah timbul perlakuan body shaming dari melihat bentuk tubuhn temannya ataupun orang lain yang dianggapnya ideal. Jenis Kelamin Gambaran karakteristik responden tentang jenis kelamin pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 89 orang 56,3%, sedangkan sisanya 69 43,7% Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1175 berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan analisis penelitian ditemukan jika laki-laki mengalami body shaming tinggi lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu sekitar 51 orang 57,3%. Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah siswa laki-laki di SMK Negeri 1 Kuok. Ketika mengalami body shaming siswa laki-laki cenderung akan bereaksi membalas dibandingkan perempuan. Menurut Marta 2016 perempuan lebih mudah mengahyati penilaian subjektif dibandingkan laki-laki. Sehingga perempuan lebih memilih untuk diam dan tidak membalas. Kejadian Body Shaming Body Shaming merupakan perilaku seseorang yang menghina suatu bentuk tubuh orang lain yang memiliki bentuk tubuh tidak ideal dan atau tidak seperti bentuk-bentuk tubuh pada umumnya Mutmainnah, 2020. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 158 orang responden, diperoleh bahwa sebanyak 85 orang 53,8% mengalami body shaming tinggi dan sebanyak 73 responden 46,2% mengalami body shaming yang rendah. Januarko dan Setiawati 2013 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa individu yang lemah, penurut mudah merasa cemas, kurang percaya diri, mudah dipimpin serta seseorang yang melakukan hal untuk menyenangkan atau meredam kemarahan orang lain cenderung menjadi korban perundungan. SEJIWA 2008, dalam Rilla, 2018 menyebutkan bahwa ciri-ciri orang yang bisa mengalami perundungan adalah orang yang lemah, sulit bergaul, tidak percaya diri, tidak cantik/tampan, kekurangan fisik, berbeda dengan yang lain, dan lain sebagainya. Pada masa remaja, perundungan kerap kali terjadi, seperti body shaming Hasibuan & Wulandari, 2016. Beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu teman sebaya. Beberapa remaja cenderung melakukan body shaming karena merasa dirinya lebih hebat Rilla, 2018. Peneliti berasumsi jika body shaming di SMK Negeri 1 Kuok disebabkan oleh respon yang diberikan yaitu dengan melakukan body shaming kembali kepada orang lain yang melakukan body shaming kepadanya. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Fauzia dan Rahmiaji 2019 yang menyatakan bahwa beberapa orang yang mengalami body shaming juga melakukan hal yang sama pada orang lain sebagai bentuk pembelaan dirinya. Perlawanan dengan cara seperti ini merupakan perlawanan secara negatif. Karena tindakan body shaming walaupun dianggap candaan tetap saja masuk dalam kategori perundungan. Perlawanan dari sisi positif bisa dengan cara mengintropeksi diri dan melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik lagi. Responden yang mengalami body shaming di SMK Negeri 1 Kuok ditemukan mengalami rasa malu pada dirinya sendiri. Peneliti juga menemukan jika responden juga merasa tidak percaya diri dengan dirinya dan sering membandingkan tubuhnya dengan orang lain yang menurutnya ideal. Hasil ini sejalan dengan teori dari Damanik 2018 yang menyebutkan bahwa remaja memiliki cara berpikir yang lebih abstrak dan idealistik serta banyak terjadi perubahan tubuh yang terjadi sehingga menimbulkan seseorang melakukan perbandingan tubuhnya dengan orang lain sehingga menimbulkan rasa malu pada dirinya. Efek dari rasa malu pada individu yaitu individu akan cenderung untuk mengikuti apa yang orang lain katakan terkait kondisi tubuhnya sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri, tidak menarik dan tidak layak dalam kelompok sosial. Selain itu juga berdampak pada pola pikir seseorang. Body shaming menimbulkan penilaian yang buruk pada diri sendiri Hidayat dkk, 2019. Menurut asumsi peneliti, individu yang mengalami body shaming lebih banyak mengarah kepada hal yang buruk. Body shaming merupakan pengalaman individu dimana ia merasa apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan diri sendiri dan lingkungan. Hal ini menyebabkan rasa tiak percaya diri, rasa malu, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1176 ketidakpuasan pada tubuhnya. Walaupun demikian, body shaming juga bisa menyebabkan seseorang ingin memperbaiki dirinya. Konsep Diri Konsep diri adalah kesadaran individu akan identitasnya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, konsep diri responden cenderung seimbang antara konsep diri rendah yaitu 89 orang 56,3% dan konsep diri tinggi yaitu sebanyak 69 responden 43,7%. Konsep diri didapatkan dari lingkungan dan akan menimbulkan persepsi bagi individu tentang dirinya. Konsep diri merupakan segala pemikiran individu tentang aspek pada dirinya yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis yang didasarkan oleh bagaimana pengalaman dan interaksi seseorang dengan orang lain. Nubli dkk, 2018. Konsep diri dapat dilihat dari tingkah laku yang muncul dan berkembang pada diri seseorang melalui pengalaman dan interaksinya dengan lingkungannya sehingga dapat membentuk konsep diri yang positif atau konsep diri yang negatif. Konsep diri yang positif akan mampu mengenali dan menerima dirinya apa adanya, cenderung memiliki sifat rendah hati dan memiliki harapan yang realistis serta harga diri yang tinggi. Begitupun sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki sifat tinggi hati dan tidak percaya diri Afriyanto & Muzdalifah, 2014. Menurut asumsi peneliti, rendahnya konsep diri pada remaja disebabkan oleh lingkungannya seperti teman sebaya dan juga keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Nubli, dkk 2018 yang menyebutkan jika konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah penampilak fisik, lingkungan keluarga dan juga teman sebaya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 85 responden 53,8% mengalami body shaming tinggi dan 89 responden 56,6% memiliki konsep diri rendah. Diharapkan responden untuk dapat lebih meningkatkan konsep dirinya dengan mulai mencintai dirinya agar tetap bahagia, dan bagi responden yang mengalami body shaming lebih meningkatkan potensi yang dimiliki UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh responden penelitian, Rektor, Wakil Rektor, Dekan FIK, serta Ketua LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. DAFTAR PUSTAKA Aditya, V., & Rusmawati, D. 2018. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Intensi Bullying pada Siswa SMA N 1 Purbalingga. Jurnal Empati, 7 3, 252-258. Jawa Tengah, Universitas Diponegoro. pada tanggal 05 Maret 2021. Afriyanto, B. H., & Muzdalifah, F. 2014. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Bullying Pada Mahasiswa di Universitas X. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 59-64. article/view/5528. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Apriliyanti, A., Mudjiran, & Ridha, M. 2016. Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Tingkah Laku Sosial Siswa. Jurnal Education Jurnal Pendidikan Indonesia, 22, 25-29. Universitas Negeri Padang. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Budiargo, Dian. 2015. Berkomunikasi Ala Net Generation. Jakarta PT Elex Media Komputindo Damanik, T. M. 2018. Dinamika Psikologis Remaja Perempuan Mengalami Body Shame. Yogyakarta Universitas Sanata Dharma. Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1177 Diperoleh tanggal 12 Juli 2021 Damarhadi, S., Mujidin, & Prabawanti, C. Gambaran Konsep Diri Pada Siswa SMA Ditinjau Berdasarkan Jenis Kelamin. Psikostudia Jurnal Psikologi, 9 3, 251-259. Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Mulawarman. 4392. Diperoleh pada tanggal 27 Februari 2021. Donsu, J. D. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta Pustaka Baru Press. Fauzia, T. F., & Rahmiaji, L. R. 2019. Memahami Pengalaman Body Shaming pada Remaja. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Semarang Universitas Diponegoro. article/view/24148. Diperoleh pada tanggal 22 Februari 2021. Hadi, F. D., & Rusmawati, D. 2019. Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Konsep Diri pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Demak. Jurnal Empati, 26-32. 24399. Diperoleh pada tanggal 13 Juli 2021 Hasibuan, R. L., & Wulandari, L. H. 2015. Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy REBT untuk Meningkatkan Self Esteem pada Siswa SMP Korban Bullying. Jurnal Psikologi, 103-110. Diperoleh pada tanggal 22 Februari 2021. Herdyanti, F., & Margaretha. 2016. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecendrungan Menjadi Korban Bullying pada Remaja Awal. Jurnal Psikologi Undip, 15 2, 92-98. Surabaya, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. 12645/pdf. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Hidayat, R., Malfasari, E., & Herniyanti, R. 2019. Hubungan Perlakuan Body Shaming Dengan Citra Diri Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7 1, 79-86. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru. Diperoleh pada tanggal 10 Februari 2021 Januarko, W., & Setiawati, D. 2013. Studi Tentang penanganan Korban Bullying pada Siswa SMP Se-Kecamatan Trawas. Jurnal BK UNESA, 383-389. article/view/7440. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Jose, S. 2017, Agustus 2. Siswa SMAN 1 Bangkinang yang Akhiri Hidup dengan Bunuh Diri diduga Sering Diejek Jelek dan Miskin. Berita GoRiau. Diperoleh pada tanggal 22 Februari 2021. Kiling, B. N., & Kiling, I. Y. 2015. Tinjauan Konsep Diri Dan Dimensinya Pada Anak Dalam Masa Kanak-Kanak Akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 12, 116-124. view/1811. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Lestari, P., & Liyanovitasari. Konsep Diri Remaja Yang Mengalami Bullying. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2 1, 40-46. Diperoleh pada tanggal 14 Februari 2021. Marta, J. 2016. Eating Behaviors Exploring the Effect of External Shame on Body Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1178 Appreciation among Portuguese young adults The Role of self-compassion. . Eating Behaviors. 174-179. gov/27816855/. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021. Masithoh, N. A. 2020. Body Shame pada Mahasiswa Generasi Milenial Di Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Diperoleh pada tanggal 17 Februari 2021. Mutmainnah, A. N. 2020, Februari. Analisis Yuridis Terhadap Pelaku Penghinaan Citra Tubuh Body Shaming Dalam Hukum Pidana di Indonesia. Dinamika, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 26 8, 975-987. Universitas Islam Malang. jdh/article/view/5864. Diperoleh pada tanggal 21 Februari 2021. Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT Rineka Cipta Nubli, M. H., Marni, E., & Anggreny, Y. 2018. Hubungan Konsep Diri pada Remaja Terhadap Kemampuan Menghadapi Perilaku Bullying di SMKN 2 Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia, 51-58. JNI/article/view/7594. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021. Nurliana, Y. 2015. Konsep Diri Remaja Siswa Kelas X SMA. Psikologi dan Kemanusiaan, 440-445. Universitas Muhammadiyah Malang. https//mpsi. Diperoleh pada tanggal 21 Februari 2021. Pratama, A. S., & Rahmasari, D. 2020. Hubungan antara Body Shaming dan Happiness dengan Konsep diri sebagai Variabel Mediator. Jurnal Penelitian Psikologi, 7 3, 85-94. Universitas Negeri Surabaya. Diperoleh pada tanggal 13 Maret 2021. Putri, B. A., Pranayama, A., & Sutanto, R. P. 2018. Perancangan Kampanye “ Sizter ’ s Project ” sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming. Journal DKV, 1, 1-9. Surabaya, Universitas Kristen Petra. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Rakhmat, J. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung PT. Remaja Rosda Karya. Rilla, E. V. 2018. Hubungan Bullying dengan Konsep Diri Remaja di SMP Negeri 5 Garut Tahun 2017. Health Sciences Journal, 116-124. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Saraswatia, G. K., Zulpahiyana, & Arifah, S. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Remaja. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 3 1, 33-38. Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta. view/97. Diperoleh pada tanggal 05 Maret 2021. Wijaya , A., Kebayantini, N. L., & Aditya, I. G. 2021. Body Shaming Dan Perubahan Perilaku Sosial Korban Studi Pada Remaja Di Kota Denpasar. Jurnal Ilmiah Sosiologi Sorot. Universitas Udayana. id/ Diperoleh pada tanggal 21 Februari 2021. Wijayanto, G. A., & Hidayati, E. 2021. Konsep Diri Pada Remaja yang mengalami Bullying. Jurnal Keperawatan Silampari, 503-509. Volume 5, Nomor 2, Oktober 2021 ISSN 2623-1581 Online ISSN 2623-1573 Print PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1179 p/JKS/article/view/1947. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2021 Yusuf, A., K, R. F., & Nihayati, H. E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Salemba Medika. Destia RamahardhilaSupriyono SupriyonoBody shaming is a phenomenon that is often experienced by adolescent girls, marked by actions such as giving negative comments or comments about the lack of physical form possessed by someone. The purpose of this study is to describe the impact of body shaming on the self-image of adolescent girls. The method in this study uses a qualitative approach with descriptive analysis method with data collection through interviews. The results showed that the body shaming phenomena that were often experienced in the form of fat shaming, skinny shaming, and faces were found. Body shaming has an impact on adolescent self-image, both positive self-image and negative self-image. Body shaming merupakan suatu fenomena yang kerap kali dialami oleh remaja perempuan dan ditandai dengan adanya tindakan seperti memberikan perkataan atau komentar negatif mengenai kekurangan bentuk fisik yang dimiliki oleh seseorang. Tujuan pada penelitian ini untuk mendeskripsikan mengenai dampak body shaming yang ditimbulkan pada citra diri remaja perempuan. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian ditemukan bahwa fenomena body shaming yang sering dialami berupa fat shaming, skinny shaming, dan wajah berjerawat. Body shaming memiliki dampak pada citra diri remaja baik secara citra diri positif maupun citra diri D Sukma HadiDiana RusmawatiKonsep diri merupakan gambaran seseorang terhadap dirinya sendiri baik secara fisik, psikis, emosional, serta sosial yang terdapat di dalam diri individu. Konsep diri tersebut dapat dikembangkan seiring dengan cara individu bersosialisasi dengan individu lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara keharmonisan keluarga dengan konsep diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Demak. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 432 siswa dengan sampel sebanyak 206 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling. Pengumpulan data menggunakan skala konsep diri diperoleh 27 aitem valid dengan α = 0,878, skala keharmonisan keluarga diperoleh 38 aitem valid dengan α = 0,929. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai rxy = 0,478 dengan p = 0,000 p< 0,05, artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel keharmonisan keluarga dengan konsep diri. Semakin positif keharmonisan keluarga yang diperoleh oleh individu maka semakin positif konsep diri yang terdapat dalam diri individu, sebaliknya semakin negatif keharmonisan keluarga yang diperoleh oleh individu maka semakin negatif konsep diri dalam diri individu. Keharmonisan keluarga memberikan sumbangan efektif sebesar 22,8% terhadap variabel konsep diri. Kata kunci Keharmonisan Keluarga, Konsep diri, Siswa Kelas XISuprastowo DamarhadiMujidin Mujidin Ciptasari PrabawantiKonsep diri merupakan hal penting yang akan menentukan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Memiliki konsep diri yang baik penting dimiliki oleh setiap siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada siswa SMA X di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 40 subjek yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan yang kemudian pengumpulan data dilakukan dengan pengisian skala konsep diri model likert. Sampel dipilih menggunakan teknik cluster sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas konsep diri pada siswa SMA X Yogyakarta berada pada kategori tinggi sebanyak 62,5% dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri laki-laki dengan perempuan. Konsep diri laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Sedangkan ditinjau melalui aspek fisiologis, psikologis, psiko-sosial, dan psiko-spiritual tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dengan LestariLiyanovitasari LiyanovitasariKonsep diri terdiri dari semua nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkontribusi terhadap pengetahuan diri dan mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Bullying dapat menjadikan konsep diri remaja terganggu. Tujuan penelitian untuk mengetahui konsep diri remaja yang mengalami bullying. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey deskriptif. Sampel 88 remaja yang pernah mengalami bullying. Alat ukur konsep diri dengan Tennessee Self Concept Scale TSCS. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang memiliki konsep diri yang positif sebanyak 45 responden 51,1%, sedangkan remaja yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 43 48,9%. Diharapkan adanya upaya dari masyarakat dan institusi pendidikan untuk mengatasi perilaku bullying yang dapat berdampak pada konsep diri remaja Fellianti MuzdalifahHAFIZ BIMO AFRIYANTOThis research aims to find out the influence of self-concepts towards bullying behavior among college student in “X” University. The dependent variable in this study was bullying and independent variable in this study was the self research uses quantitative methods, data were obtained by using a questionnaire. William h. Fitts 1965, whereas the scale of bullying refers to the theory of Participant Questionnaire PRQ Role of Salmivalli 1996. Data processing using Rasch modeling with the help of winstep version and hypothesis test using the SPSS version The participants of this research were 71 college students in “X” University. This research using a nonprobability sampling. The results of this research show that there was negative influences between self-concept toward bulying behavior of 23% and the remaining 77% influenced by other self-concept is manifested in things that is related to that individual. View about one’s self, self-evaluation, and expectation to one’s self form this individual self-concept. Awareness of self-concept from the view of psychology would help a good and positive self-concept. This positive self-concept would in turn develop positive behaviours and interactions in daily life. This paper discuss the concept of self-concept from psychological literatures and perspective. Dimensions, aspects, and factors of self-concept would be discussed and related to children’s situation in late childhood phase. Parents, teachers, and also the surrounding environment have important role in shaping self-concept of children. Social support and also positive behavior model from these children’s closest persons and also the community will help create positive self-concept that in turn will support the transition to teenager phase. This paper hopefully will be able to stimulate researcher to conduct further relevant research concerning children’s Hidayat Eka MalfasariRina HerniyantiPerlakuan body shaming adalah pengalaman yang di alami individu ketika kekurangan di pandang sebagai sesuatu yang negatif oleh orang lain dari bentuk dari perlakuan body shaming bisa membentuk citra diri positif ataukah negatif dari seorang tersebut..Tujuan penelitian ini untuk mengatahui hubungan perlakuan body shaming dengan citra diri pada mahasiswa STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desian penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross- Sectional. Sampel penelititan teridiri dari 103 Mahasiswa. Metode pengambilan sample adalah purposive sampling. Penelitian ini dimulai tanggal 01-03 mei 2018. Analisis yang digunakan adalah uji statistik Chi- Square. Hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue = 0,036, hal ini berarti berarti nilai p<0,05 sehingga Ho ditolak, artinya terdapat hubungan signifikan antara perlakuan body shaming dengan citra diri pada mahasiswa STIKes Payung Negeri Pekanbaru, dan nilai OR Odds Ratio sebesar 0,343 dengan CI Confidence Interval 0,136-0,865. Rekomendasi penelititan ini adalah memberikan intervensi untuk mengurangi perlakuan body shaming pada remaja untuk meningkatkan citra diri. Kata kunci Perlakuan body shaming, Citra diri. RELATIONSHIP BETWEEN BODY SHAMING TREATMENT WITH SELF-IMAGE STUDENTS ABSTRACTThe treatment of body shaming is an experience experienced by the individual when deficiency is seen as something negative by others of his or her body shape. The effect of the body shaming treatment can form a positive self-image or negative of a person.. The purpose of this study to knowing relationship treatment of body shaming with self-image at STIKes Payung Negeri Pekanbaru students. This type of research was quantitative with the descriptions of correlation research using Cross-Sectional approach. The research sample consisted of 103 Students. with purposive sampling. Tehnique this research was started on 01-03 May 2018. The analysis used Chi-Square statistical test. The result of statistical test is p value = it means p value <0,05 so ho is rejected, it means there is a significant correlation between body shaming treatment with self image of STIKes Payung Negeri Pekanbaru student, and OR Odds Ratio value equal to with CI Confidence Interval 0,136-0,865. This research recommendation is to provide intervention to reduce the body shaming treatment in adolescents to improve self-image. Keywords Body shaming treatment, Self imageEldessa Vava RillaMaraknya perilaku bullying di sekolah menengah pertama menjadi masalah bagi remaja dalam menjalani aktivitasnya di sekolah. terlebih lagi bullying di kalangan remaja bisa berdampak buruk bagi korban, pelaku ataupun orang yang menyaksikan. Salah satunya bisa mempengaruhi pembentukan konsep diri pada remaja. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bullying dengan konsep diri di SMP Negeri 5 Garut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional dengan jumlah responden 100 siswa/siswi kelas VII dan VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar remaja di SMP Negeri 5 Garut pernah mengalami bullying yaitu 53% dan sebagian besar remaja memiliki konsep diri positif yaitu 57%. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,020 yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara bullying dengan konsep diri remaja Maka dari itu, guru harus memberikan pengetahuan tentang bullying serta mengawasi siswa agar tidak terjadi bullying yang akan berakibat pada konsep diri Konsep Diri Siswa Dengan Tingkah Laku Sosial SiswaA ApriliyantiMudjiranM RidhaApriliyanti, A., Mudjiran, & Ridha, M. 2016. Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Tingkah Laku Sosial Siswa. Jurnal Education Jurnal Pendidikan Indonesia, 22, 25-29. Universitas Negeri Padang. Diperoleh pada tanggal 05 Maret Ala Net GenerationDian BudiargoBudiargo, Dian. 2015. Berkomunikasi Ala Net Generation. Jakarta PT Elex Media KomputindoDinamika Psikologis Remaja Perempuan Mengalami Body Shame. Yogyakarta Universitas Sanata DharmaT M DamanikDamanik, T. M. 2018. Dinamika Psikologis Remaja Perempuan Mengalami Body Shame. Yogyakarta Universitas Sanata Dharma. Body shaming dikategorikan menjadi dua tindakan. Tindakan yang seseorang mentransmisikan narasi berupa hinaan, ejekan terhadap bentuk, wajah, warna kulit, postur seseorang menggunakan media sosial. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Memiliki tubuh yang "plus" tak jarang membuat kaum hawa minder akan postur tubuhnya, banyak kaum hawa yang memiliki postur tubuh besar namun mereka tetap menampilkan apa adanya postur tubuh mereka. Di zaman sekarang mungkin masi banyak orang yang melakukan tindakan body shaming!Lalu apa itu body shaming?Body shaming adalah termasuk tindakan bullying untukmengomentari fisik, penampilan, bahkan citra diri ini sangat sering dijumpai dalam cakupan pertemanan, namun body shaming ini jarang sekali kita sadari karena kita hanya menganggap ini hanyalah sebagai candaan belaka. Body shaming tidak hanya untuk orang kurus ataupun gendut, semua orang pasti memiliki kekurangan. Mungkin anda yang melakukan body shaming juga memiliki kekurangan juga namun anda tidak sadar, karena anda berfikir "I'm perfect".Body shamers sebutan untuk pelaku body shaming mungkin tidak tahu jika orang yang dikomentari sudah berusaha keras untuk merubah penampilan mereka agar terlihat good looking, itulah mengapa body shaming menandakan jika mereka belum dewasa dalam hal ini. Efek dari body shaming tak jarang membuat korban depresi hanya karena ingin terlihat baik dan indah saat dipandang. Contoh dari tindakan body shaming biasanya seseorang melakukan diet ketat hanya meminum air putih tanpa memakan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein hanya demi mendapatkan berat badan yang ideal dalam waktu yang singkat. Kalau sudah melakukan diet ketat namun tidak mementingkan dampaknya pada kesehatan maka penyakit yang tidak diinginkan justru akan muncul yang diakibatkan dari life style yang kita ciptakan. Untuk itu, jagalah kesehatan kita jangan dengarkan kata mereka karena kita tidak hidup dari omongan mereka. Love your self, karena apa yang sudah ada di diri kalian adalah sebaik-baiknya yang Tuhan ciptakan. Lihat Humaniora Selengkapnya
Halinilah akan hendak saya jelaskan dalam pidatosaya. Yaitu mengenai 'Body Shming' dan mengapakita tidak seharusnya melakukan hal tersebut pengertian Body shaming adalah mempermalukan dengan cara berkomentar, mengejek/mengkrtik fisik seseorang.
- Wacana mengenai body shaming atau penghinaan terhadap fisik seseorang kembali mengemuka beberapa hari terakhir. Ini disebabkan penghinaan warganet kepada aktris Dian Nitami, yang membuat murka Anjasmara sebagai suami Dian. Anjasmara mengancam akan memidanakan warganet pemilik akun yang dianggap telah menghina bentuk fisik istrinya. Melakukan body shaming memang dapat diancam pidana. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 27 Ayat 3 jo Pasal 45 Ayat 3 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang telah diubah dalam UU Nomor 19 Tahun 2016Meski begitu, body shaming merupakan delik aduan. Orang yang merasa bentuk fisiknya dihina harus melaporkan penghinanya ke demikian, polisi tidak dapat langsung menindaklanjuti aksi body shaming tanpa ada laporan. Lalu seperti apa ancamannya? Berikut infografiknya Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bodyshaming adalah perilaku menjelek-jelekkan dan mengomentari penampilan fisik orang lain. Perilaku ini sama saja dengan tindakan bullying. Alasan orang yang melakukan body shaming (body shamer) beragam, mulai dari ingin mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng belaka, hingga memang ingin menghina. Ini Tanda Kamu Melakukan Body Shaming Uploaded byLimit break 0% found this document useful 0 votes63 views3 pagesDescriptionbody shamingOriginal Titlepidato about body shamingCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes63 views3 pagesPidato About Body ShamingOriginal Titlepidato about body shamingUploaded byLimit break Descriptionbody shamingFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Keluarkansegala unek-unek yang kita alami ketika mengalami body shaming dengan tujuan untuk memberikan kesadaran kepada orang lain yang mungkin tidak sadar bahwa mereka telah melakukan body shaming. "Sebarkan informasi yang positif, sehingga kalau teman-teman atau orang terdekat kita baca, mereka bisa berkaca dan berpikir untuk tidak melakukan hal itu ( body shaming )," tutup Nina mengakhiri perbincangan.
Pidato Tentang Body Shaming. Selama pidato beberapa anggota terlihat meneteskan air mata Secara khusus Choi Yujin Kang Yeseo Terlihat Lemak di Perut Kim Chaehyun Kep1er menerima Komentar Body Shaming Fans Ramairamai Membela Penjualan Album Debut Kep1er Raih Tertinggi Kedua Girl Group KPop dalam Sejarah Hanteo Sempat Jadi Korban Body Shaming Kim Chaehyun Kep1er. Pidana Untuk Body Shaming Tirtografi from . Choi Yujin Kep1er dan Miyeon GIDLE Pamer Persahabatan . Pidana Untuk Body Shaming Tirtografi .
1 Body shaming sama kejamnya dengan bullying. Imdb.com. Mengomentari kekurangan fisik dari orang lain bisa dikategorikan dengan bullying. Meski kamu gak melakukan kontak fisik yang merugikan, namun apa yang kamu lakukan sudah termasuk bullying secara verbal.
2BJ2kTW.
  • ygzmoip50m.pages.dev/419
  • ygzmoip50m.pages.dev/28
  • ygzmoip50m.pages.dev/393
  • ygzmoip50m.pages.dev/394
  • ygzmoip50m.pages.dev/287
  • ygzmoip50m.pages.dev/942
  • ygzmoip50m.pages.dev/206
  • ygzmoip50m.pages.dev/759
  • pidato tentang body shaming